Tren Selfpublishing

Tulisan di bawah ini, created by Anggit Paramadita.


Belakangan, mata dan telinga saya begitu akrab dengan sebuah kata SELFPUBLISHING. Apa sih sebenarnya? 

Geliat para penulis muda bermunculan dan melahirkan jutaan karya akhir-akhir ini. Sungguh merupakan suatu prestasi dan menurut saya (sebagai penikmat tulisan) kebanggaan tersendiri. Karena akhirnya, sudah banyak orang 'melek' aksara. Dalam artian mau membaca. Setiap pergi ke toko buku, selalu ada saja buku-buku baru dibungkus cover-cover yang menarik. Penerbit seolah berlomba-lomba memunculkan karya yang bisa laris di pasaran. Di dunia maya, seperti jejaring sosial facebook dan twitter, bermunculan akun-akun penerbit. Mempromosikan buku-bukunya dengan berbagai promo menarik. Bahkan, penerbit dan para penulisnya pun mempunyai jumlah followers yang sebanding dengan artis-artis yang kerap kita lihat di televisi. Artinya? Fenomena ini menunjukkan dunia perbukuan bangkit. Dunia perbukuan bukan lagi milik segelintir orang yang peduli aksara. Dunia perbukuan menjadi tren masa kini.

Di tengah persaingan ketat di industri ini, penulis-penulis yang mempunyai idealisme tinggi tentu harus berpikir seribu kali. Walaupun karya yang kita buat (menurut kita) bagus, belum tentu 'pasar' mengatakan seperti itu. Ada penerbit yang hanya menerima karya dengan ketentuan tertentu yang tidak bisa diganggu gugat. Maka harus dikemanakan kah idealisme seorang penulis? Haruskah karya nya terbuang percuma? Hanya berakhir di dalam folder di komputer nya? Atau kah idealisme nya harus diubah demi mengikuti selera pasar?

Salah satu faktor maraknya selfpublishing mungkin karena seringnya karya seseorang ditolak oleh penerbit. Dengan memasukkan karya kita ke penerbit, memang karya itu akan diproses, dibedah, dipercantik, didistribusikan dan tunggu sampai muncul di antara tumpukkan buku di toko-toko buku. Tapi sekarang, mulai bermunculan penerbit-penerbit independen. Bahkan muncul pula layanan selfpublishing yang bisa memfasilitasi terbitnya karya kita.Penulis berperan ganda. Bahkan mungkin multi tasking. Sebagai pengkonsep, sebagai editor, sebagai cover designer (tapi sekarang sudah marak pula layanan pembuatan desain cover buku), sebagai distributor, sebagai penjual. Di sini lah penulis diuji kemampuan marketingnya. Sejauh mana ia bisa meyakinkan orang untuk membeli karyanya.

Penulis independen dapat memanfaatkan fasilitas blogspot, fanpage facebook, twitter, dan lain-lain sebagai sarana promosi. Sejauh ini, banyak penulis independen yang terbilang berhasil dalam 'meledakkan' karyanya. Ambil contoh Dewi Lestari.Novel perdana Dewi Lestari berjudul Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001), meraih sukses dengan penerbitan selfpublishing, yaitu Truedee Books.Kemudian, lihatlah Aa Gym. Punya label MQ, dan menerbitkan banyak pula buku-bukunya dengan MQ Publisihing. Terakhir, ada Jed Revolutia. Penulis buku You Are Likeable ini juga meraih sukses melalui layanan selfpublishing Nulisbuku. Ia menggunakan taktik marketing yang briliant. Ia memberikan sampel bukunya sebagai 'icip-icip' berupa ebook yang bisa didownload. Kalau suka, kita bisa beli versi buku nya yang lengkap. Promosi nya gencar dengan membuat blog, dan tentu rajin promo di twitter.

Memang tidak mudah menjalani selfpublishing. Apalagi kalau kita mengeluarkan modal, tentu akan menjadi PR yang cukup berat bagi kita untuk memutar modal kembali. Tapi kita juga bisa mengandalkan layanan selfpublishing seperti Nulisbuku. Karya kita akan dicetak jika ada yang memesan atau print on demand. Memang untuk urusan pemesanan dan pembelian masih sedikit rumit dan belum bisa menjangkau seluruh kalangan. Tidak bisa seperti masuk toko buku, ambil buku nya ke kasir, bayar, selesai. Jadilah target kita tidak seluas penerbit-penerbit mayor. Tapi setidaknya, selfpublishing bisa menjadi solusi. Di antara ketatnya persaingan di industri perbukuan, selfpublishing bisa menjadi jawaban sekaligus tantangan.

Salam^^
Anggit Paramadita-Maret 2011
Source photo dari sini

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ TIME CAPSULE | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger